Rabu, 16 November 2011

SAMPAI AKHIR PERJALANAN

SAMPAI AKHIR PERJALANAN
KARYA : ADHIE HIDAYAT

Siang itu…
Di sebuah pasar di sudut kota kecil,diantara lalu lalang manusia dan diantara berbagai macam aroma yang bercampur baur dengan keringat manusia ditambah lagi terik matahari yang menyengat tubuh,tampak tujuh anak laki-laki menggunakan seragam SMA sedang bersembunyi disela-sela barang dagangan,mereka berjalan mengendap-endap sambil sesekali menoleh kekanan kiri.
          “gimana nich nov,ntar pak Johan dengan satpam itu nemuin kita” salah satu dari mereka angkat bicara.
          “akhh….ga’ mungkin mereka nemuin kita boy” novri berusaha menenangkan suasana.
          “iya nich gimana nov,kita keluar aja dari pasar ini” Lendra mulai gelisah
          “ntar dulu…ku takutnya gimana kalau ntar pak Johan sama pak satpam masih ada didepan..” novri berbicara sambil matanya melihat kanan kiri mereka
          “jalan keluar kan bukan cuma lewat depan aja nov..kita cari jalan keluar yang lain” Adi coba memberikan solusi
          “koq aku ga’ kepikiran ya…..hahaha…..ya udah kita cari jalan keluar yang aman ..”
          “teman-teman ada pak Johan tuch…!!!”
          “mana prat..?” Tanya Indra setengah berbisik
          “itu…diantara jualan pakaian batik..” pratama menunjuk kearah seorang laki-laki yang berada diantara pakain batik yang bergantungn tersusun rapi , tampak laki-laki itu seperti sedang mencari sesuatu.
          “kabuurrrr….!!!!!!” tiba-tiba novri memberikan aba-aba mendadak kepada seluruh temanya.
Tak ayal mereka lari tunggang langgang diantara keramaian pasar tanpa peduli dengan apa yang ada didepan mereka , yang penting selamat dari pak Johan hanya itulah yang ada dalam pikiran mereka.
Pak Johan adalah kepala sekolah yang terkenal galak dan disegani oleh seluruh murid-muridnya. Tapi ditengah kegalakanya masih ada murid yang berani melawanya dengan cara kabur dari sekolah pada waktu jam pelajaran.
Mereka adalah Novri dkk yang sekarang masih lari menyelamatkan diri dari pak Johan.
Mereka terus lari dan lari tanpa menoleh kebelakang , sampai disuatu tempat sepi yang jauh dari pasar mereka berhenti karena sudah merasa aman.
“uwaahhhh gila….capek banget….kita istirahat dulu disini” sambil terengah-engah Novri mengajak teman-temanya untuk istirahat
“iya nich…serasa nyawa udah mau lepas , kira-kira pak Johan melihat kita ga’ ya..?” Pratama berkata sambil membuka seragamnya yang basah oleh keringat
“kayaknya ga’…kita kan punya ilmu menghilang….hehe…” Indra menjawab setengah bercanda
“punya ilmu menghilang gundulmu…berlari aja masih kayak bebek dikejar…hahaha” Novri menjawab sambil tertawa
“ha-ha-ha-ha…..yang penting kan selamat..” indra membela diri
“o ya…rasanya kita ada yang kurang nich...lendra sama  feby mana…?”
“iya nov…jangan-jangan mereka tertangkap pak Johan.”
“akh ga’ mungkin….kita balik lagi yuk siapa tau mereka ada apa-apa.” Novri mulai cemas
“itu feby” pratama menunjuk kearah seorang anak laki-laki menggunakan seragam SMA yang setengah berlari menghampiri mereka. “tapi kemana lendra …?”
          Feby tampak kelelahan, pakaianya basah kuyup oleh keringat, rambutnya acak-acakan.
          “feb …”
          “ntar dulu Di….aku mau ngumpulin nyawaku dulu yang masih banyak tertinggal diperjalanan” Feby memotong pembicaraan Adi sambil merebahkan tubuhnya diatas rumput hijau.
          Mereka terdiam
          Tak ada yang bicara.
          Dari kejauhan tampak anak laki-laki bertubuh gemuk berjalan menuju kearah mereka.
          “itu lendra” Adi yang pertama melihat lendra langsung memberitahu teman-temanya
          Serentak mereka langsung melihat kearah lendra.
          “kamu kemana aja len…?kami dari tadi nungguin kamu…” Novri bertanya setelah lendra mendekati mereka
          “sory…tiba-tiba perutku tadi kroncongan mana haus jadi aku mampir dulu ke warung,,,nich ku bawain minuman sama makanan kecil” lendra menjawab sambil melempar kantong plastik yang berisi makanan dan minuman.
          “ha-ha-ha…kamu ada-ada aja orang pada lari nyelamatin diri dari pak Johan ehh kamu malah nyelamatin perut” ujar Indra sedikit meledek
          “biarin…yang penting kita tetap selamat kan dari kejaran oom Singa..ha-ha-ha-ha….” sahut lendra sambil tertawa
          “hahaha…bener banget..” Novri ikut-ikutan tertawa
          “tapi gimana kita besok..kita pasti di hukum…?” Feby yang tadi tampak kelelahan dan hanya diam angkat bicara setelah meminum minuman segar dari lendra
          “besok-besok…hari ini-hari ini…jangan terlalu dipikirkan yang penting kita bisa menghirup udara bebas…ha-ha-ha…” ujar Novri
          “hahaha..gaya bicaramu kayak baru keluar dari penjara aja…?” sahut pratama
          Mereka tertawa lepas bebas seperti tanpa beban meskipun sebenarnya besok hukuman dari kepala sekolah pasti sudah menunggu akibat dari kenakalan mereka yang kabur dari sekolah.
          Ketujuh anak ini memang terkenal nakal dan badung , hobi mereka berkelahi bahkan tawuran antar sekolah pun sudah sering mereka alami. Tak ada rasa takut dalam diri mereka , solidaritas antara mereka sangat tinggi , jika ada salah satu dari mereka berkelahi yang lainya pasti tak akan tinggal diam sehingga di lingkungan sekolah mereka sangat di segani bahkan di sekolah-sekolah lain nama mereka sangat dikenal dan ditakuti.
          Tapi sekarang semua telah berubah setelah mereka tamat dari SMA tersebut.
          Mereka kini telah hidup dengan jalan mereka masing-masing , tak ada lagi yang tinggal di kota kecil itu. Begitupun aku yang pernah jadi bagian dari mereka sekarang telah berada dikota yang jauh. Aku sekarang berada di kota kelahiran Ayahku,kami pindah setelah aku tamat dari SMA dan orang tuaku berniat untuk menguliahkan aku di salah satu Universitas negeri di kota ini.
          Namaku Adi.
          Aku sekarang sudah semester enam jurusan FKIP di salah satu Universitas negeri di kota kelahiran ayahku. Aku tidak pernah tahu lagi kabar teman-temanku dulu tapi kebiasaanku di masa lalu tidak bisa kuhentikan dan malah semakin parah. Kuliahku terbengkalai yang ada dalam pikiranku adalah bersenang-senang.
                                                          *******
         

“Adi..!!!!! sebenarnya kamu ini mau jadi apa heh..?” terdengar suara ayahku menggelegar seperti mau memecahkan genderang telinga. Ayahku marah besar ketika melihat hasil ujian semesterku yang sangat jauh dari kata baik.
Aku hanya diam seribu bahasa tak mau angkat bicara.
“Ayah membawa kamu kesini agar kamu bisa jadi lebih baik dan jauh dari teman-teman kamu yang hanya bisa merusak masa depan kamu…kamu jangan tiru mereka yang tak punya masa depan”
“Ayah jangan membawa-bawa nama mereka , mereka adalah sahabatku” aku mulai bicara
“sahabat…?sahabat kata kamu..sahabat macam apa yang kerjaanya berkelahi,tawuran,bikin onar,kabur dari sekolah…”
“cukup yah…jangan jelek-jelekan mereka didepanku bagaimanapun penilaian orang tentang mereka bagiku mereka tetap yang terbaik “ aku berusaha membela teman-temanku meskipun sebenarnya aku sendiri tidak tahu keberadan mereka sekarang tapi kuyakin mereka juga pasti seperti aku yang selalu membela nama persahabatan.
Aku beranjak dari tempat dudukku dan melngkah menuju kamar.
“kamu mau kemana…ayah belum selesai bicara” Ayah menghentikan langkahku
“aku mau tidur…..ngantuk…” jawabku sambil terus melangkah dan tidak menghiraukan panggilan ayahku yang tampak semakin marah
“adi…ayah belum selesai bicara”
Aku tetap tidak menghiraukan panggilan ayah dan masuk dalam kamar.
“sudahlah yah..jangan terlalu dipaksakan hasilnya juga tidak akan baik biarkan adi istirahat dulu”
Ku dengar suara lembut Ibuku mencoba menenangakn Ayah sebelum kemudian kututup pintu kamar . Kurebahkan tubuhku dan  mencoba memejamkan mata tapi sepertinya mataku enggan terpejam kulirik jam ditangan tepat menunjukan pukul 11 malam.
 Aku bangkit dari tempat tidur kemudian kuambil buku harianku dan pena , kupejamkan mata untuk mencari inspirasi yang bisa ku jadikan sebuah cerita. Aku memang hobi menulis , aku mulai hobi sejak aku masih kelas dua SMP tapi semua tulisanku hanya kusimpan untuk koleksi pribadi.
Sepertinya tak ada inspirasi untuk malam ini ,kurebahkan lagi tubuhku , teringat kembali suara Ibuku yang lembut yang pastinya bisa menenangkan Ayah . Iya..hanya ibu yang bisa tenangkan ayah , ibu juga selalu bisa mengerti keadaanku,  ibuku selalu membelaku didepan ayah tak peduli seberapa besar kesalahan yang kulakukan . Ibu adalah seorang wanita yang kuat dan tegar dan ayah sangat mencintai ibu begitu juga ibu sangat mencintai ayah . Cinta yang mempersatukan , kata itu pernah ibu ucapkan ketika aku masih kelas dua SMA . Waktu itu ibu pernah bertanya siapa wanita yang pernah atau telah aku cintai aku hanya menggelengkan kepala menjawab pertanyaan ibu . Aku belum pernah merasakan apa itu yang namanya cinta kecuali cinta ibu kepadaku karena semua waktuku selalu habis bersama teman-temanku . Terbayang kembali masa-masa indah bersama teman-temanku dan cerita itupun terbawa dalam mimpi indahku.
*******

          Pagi itu.
          Aku tidak kuliah karena hari ini libur semester , aku berencana untuk jalan-jalan ke pantai bersama teman-teman sekelas. Aku duduk didepan rumah sambil menunggu bus yang akan mengantar kami , tidak lama kemudian bus itu sampai . Setelah berpamitan dengan Ibu akupun langsung naik bus, tak ada lagi bangku kosong kecuali bangku paling belakang yang tampak baru hanya ditunggu Dina cewek paling cantik dikelasku. Akupun menuju kebelakang dan langsung duduk disebelah Dina tanpa menghiraukan keberadaan dia yang menundukan kepala.
          “hai” sapanya tanpa mengangkat wajahnya
          “hai juga “ jawabku
          “kenapa duduk disini..?” tanyanya
          “karena ga’ da lagi bangku yang kosong , ga’ boleh ya..?ya udah ku berdiri aja” jawabku sambil berdiri
          “ehh jangan Di” cegahnya sambil mengangkat wajahnya , aku tercengang dan terdiam menatap wajah cantiknya “kamu cantik banget din…ga’ seperti biasanya”gumamku dalam hati.
          “kamu ga’ usah berdiri aku ga’ melarang kamu duduk disebelahku di” ujarnya lagi
          Aku pun kembali duduk tanpa melepaskan pandangan mataku dari wajahnya.
          “kenapa di..?kok pandanganya begitu banget ada yang aneh ya” tanya Dina menyadari kalau dia terus kupandangi
          “kamu cantik banget din” jawabku tanpa kusadari
          “huuuuuuuuuuuuu” tiba-tiba semua yang ada didalam bus serempak bersorak mendengar jawabanku.
          Aku jadi salah tingkah.
          “ada jagoan yang lagi jatuh cinta” kata salah satu dari mereka
          “ha-ha-ha-ha-ha-ha” serempak terdengar gelak tawa mereka akupun jadi makin salah tingkah.
          “emang salah ya?”  jawabku membela diri
          “ga’ kok” terdengar suara lembut dari sebelahku dan ternyata Dina yang menjawab sendiri pertanyaanku
          “jujur aja..aku sengaja meminta kepada teman-teman untuk mengosongkan bangku disebelahku karena aku ingin duduk disebelah kamu” ujarnya lagi , aku terdiam mendengar jawaban Dina “aku suka kamu di,aku suka kamu semenjak aku pertama ketemu kamu tapi aku ga’ tau apakah kamu suka aku atau tidak , aku terus menunggu kamu untuk menyukaiku dan mengungkapkan kata itu padaku tapi kamu sepertinya ga’ pernah tau dengan isi hatiku….aku mencintaimu di…mau ga’ kamu jadi pacarku..?” sambung Dina yang makin membuat ku salah tingkah dan aku hanya  bisa diam. Jujur saja akupun mengaggumi kecantikan Dina , banyak cowok yang terus mengejar cintanya tapi sekarang Dina malah mengungkapkan isi hatinya padaku.
          “terima-terima-terima-terima” teriak semua orang yang ada dibus.
          “mau ga’ di” tanya Dina lagi
          “terima-terima-terima-terima aja  di” teriak mereka memberiku semangat tapi yang kubisa hanya tetap diam.
          “ya udah law ga’ mau di” ujar Dina sambil menundukan wajahnya
          “huuuuuu adi banci” teriak salah satu cewek yang duduk paling depan
          Aku kembali duduk disebelah Dina kuberanikan diri menggenggam jari tanganya dan mengangkat wajahnya , kupandangi matanya dan akupun mulai berkata sambil gemetaran
          “ma’af Din aku ga” bisa “ kataku memberanikan diri memberikan jawaban , Dina terdiam mendengar jawabanku
          “ya uda ga’ apa-apa” jawabnya , tampak bulir bening mengalir keluar dari sudut matanya dan perlahan menetes jatuh tepat diatas genggaman tanganku memberikanku kesejukan
          “iya….ma’af ya….ma’af aku ga’ bisa nolak kamu” ujarku sambil tetap menatap mata Dina  dan Dinapun membalas tatapan mataku tanpa kusari tiba-tiba Dina memeluk tubuhku
          “makasih ya” ujarnya terharu
          “ya sama-sama sayang” jawabku
          Dan tepuk tangan riuh pun menyambut jawabanku .
          Tiba-tiba ada guncangan kuat yang membuat tepuk tangan mereka langsung terhenti berganti dengan teriakan-teriakan yang memekakan telinga . Sejenak semua seperti terhenti termasuk kehidupan , yang ada hanya keheningan . Aku merasakan tubuhku melayang dan pelukan Dinapun terlepas yang masih kurasa hanya hangat genggaman tanganya , hangat dan erat ,hangat yang berasal dari darah segar yang mengalir . Semua seperti mimpi buruk yang membangunkanku dari tidur .
 Perlahan kubuka mataku , meskipun pandanganku belum terlalu jelas , tapi aku merasa asing disini , tak ada Dina di sampingku apa lagi dipelukanku .
“Dina…dina…kamu dimana..?” aku berusaha memanggil Dina berharap dia mendengar dan datang menemuiku.
“adi…allhamdulillah kamu sudah sadar nak ” terdengar suara lembut yang sepertinya tak asing lagi di telingaku tapi itu bukan suara lembut Dina…iya itu bukan suara Dina.
“adi…ini ibu nak” terdengar lagi suara lembut itu dan kurasakan hangat pelukan tapi ini bukan hangat pelukan Dina
“Dina-dina kamu dimana sayang jangan tinggalkan aku Dina”
Hangat tubuh yang memeluku semakin kurasakan erat terasa seperti air mata menetes membasahi tanganku tapi aku lagi-lagi yang kurasakan bukan air mata Dina yang mampu sejukan aku.
“Diiinnnnnnaaaaaaaaaaaaaaaa !!!!!” tanpa kusadari aku berteriak memanggil nama Dina tapi yang kupanggil kurasakan tidak juga menemuiku meskipun sebenarnya ada pelukan yang semakin erat memelukku tapi bukan pelukan Dina.
“ini ibu nak”
“sudahlah bu , biarkan adi istirahat dulu mungkin dia belum sepenuhnya sadar“ terdengar suara seorang laki-laki yang tak asing lagi , iya aku ingat itu adalah suara yang selalu menasehatiku , itu adalah suara ayahku dan yang tadi adalah suara ibuku tapi kemana Dina..?kenapa kubisa berada ditempat yang kurasakan asing .
Aku merasakan dan melihat seseorang memeriksa tubuhku meskipun tidak terlalu jelas
“bagaimana keadaan anak saya dok..?” tanya suara yang kuyakin adalah suara ibu kepada seseorang yang baru saja memeriksa tubuhku
“anak ibu baik-baik saja hanya saja ada sedikit gangguan pada matanya akibat benturan yang sangat kuat pada keningnya dan dia juga mengalami shock jadi dia harus banyak-banyak istirahat jangan dulu diberikan pertanyaan-pertanyaan yang bisa menggangu proses pemulihan kesehatanya..?
“tapi mata anak saya bisa kembali normal kan dok..? tanya ibu cemas
“iya bu..ibu tenang aja mata anak ibu akan kembali normal kami punya dokter spesialis mata yang bisa diandalkan dan kami akan mengusahakan yang terbaik untuk anak ibu” jawab orang itu yang tak lain adalah dokter
“terimakasih dok…tolong usahakan untuk kesembuhan anak saya dok” tanya ayah
“iya pak..bapak tenang saja kami pasti akan mengusahakan yang terbaik untuk anak bapak”
“sekali lagi terimakasih dok”
“iya sama-sama pak , ya sudah bapak ibu kalau begitu saya permisi masih banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan nanti akan saya suruh dokter spesialis mata datang kesini”
“iya dok…” jawab ibu
“kita harus kuat menghadapi  cobaan ini bu” kata ayah sambil memeluk ibu dan berusaha menguatkan ibu.
“iya yah” sahut ibu
Semua kembali hening , tak ada suara apapun yang kudengar. Aku tersadar sedang berada disuatu tempat yang sangat gelap tak ada cahaya sedikitpun.
Tiba-tiba dari kejauhan terlihat satu titik cahaya yang sangat kecil aku berusaha untuk mendekati cahaya itu , semakin dekat semakin terang cahaya itu menyinari sekitarnya . Kuperhatikan lagi cahaya itu dan ternyata cahaya itu berasal dari satu tubuh manusia yang sedang duduk dengan wajah tertunduk . Terdengar suara isak tangis dari sosok itu dan aku terus mendekat untuk mencoba memastikan apa yang kulihat . Sosok itu mengangkat wajahnya sepertinya menyadari kehadiranku tampak airmata membasahi pipinya dan dia adalah Dina , Dina kekasihku.
“Dina…kamukah itu…?” tanyaku
“iya di…aku Dina” jawabnya sambil berdiri dan berjalan tapi bukan menghampiriku melainkan menjauhiku
“Dina kamu mau kemana”
“aku harus pergi di”  jawabnya ”aku harus pergi…pergi jauh dan suatu hari nanti kita akan bertemu disana”
“Dina jangan tinggalkan aku” aku berusaha untuk mencegah Dina pergi “aku mencintaimu Din jangan tinggalkan aku”
“aku juga mencintaimu tapi aku harus pergi” Dina semakin menjauh dan cahaya itu semakin redup
“Diiiinaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa” teriakku memanggilnya berharap dia kembali
Dan pelukan hangat menyadarkanku , pelukan hangat ibuku.
“selamat siang bu” suara seorang laki-laki menyapa ibu
“siang” ibu menjawab tapi sepertinya terhenti “kamu-kamu kamu Indra kan..? tanya ibuku yang membuatku jadi kaget
“Ibu dewi…iya saya Indra bu..Ibu masih ingat saya..?
“subhanallah…iya..Ibu ga’ mungkin lupa dengan wajah kamu apalagi kamu tman dekatnya adi” jawab ibu . Indra rasa-rasanya aku pernah mendengar nama itu , iya aku ingat Indra adalah sahabat SMA ku dulu tapi ga’ mungkin dia berada disini , apa yang sedang dia lakukan disini . Aku ingin meyakinkan dugaanku dengan mencoba melihat wajahnya tapi yang kulihat hanyalah samar-samar bayangan yang tak jelas .
“ibu apa kabar..?kenapa adi bisa seperti ini bu..?” tanya laki-laki yang dipanggil indra oleh ibu dan aku yakin kalau dia adalah Indra sahabat SMAku
“Alhamdulillah baik..nak indra sendiri apa kabar..?adi mengalami kecelakaan kemarin bersama teman-temanya ketika mau jalan-jalan ke pantai , bus mereka tabrakan dengan bus dari arah yang berlawanan . matanya mengalami gangguan karena benturan keras di keningnya” jawab ibu
“Alhamdulillah seperti yang ibu lihat , saya baik . hemmm….saya akan mengusahakan semampu saya untuk mengobati Adi , o ya …Bapak kemana bu…?”
“syukurlah , terimaksih banyak nak . Bapak tadi kekantor karena ada klien baru yang ingin mengajak bekerja sama “ jawab ibu
“ow…ya sudah..saya cek matanya adi dulu ya bu..”
“iya silahkan nak” ibu mempersilahkan indra
Indrapun memeriksa mataku aku hanya bisa diam tak bisa berkata apa-apa meskipun sekarang sahabatku sendiri ada did pan mataku . Tepat didepan mataku.
“assalamuaikum…bagaimana keadaan adi bu..?” tiba-tiba ayah datang
“waallaikum salam..itu lagi diperiksa dokter spesialis mata” sahut ibu ambil menatap kearah Indra“ada kejutan untuk ayah” sambung ibu
“kejutan apa bu..?” tanya ayah
“kejutan dari tuhan untuk bapak” jawab ibu “bagaimana nak Indra keadaan adi..?”tanya ibu ketika melihat Indra telah selesai memeriksa ku sepertinya ibu sengaja menyebutkan nama Indra .
“matanya tidak terlalu parah , ibu kasih minta obat ke apotik rumah sakit nanti akan saya berikan resepnya” indra menjawab tanpa menoleh kearah ayah dan ibu “selamat siang pak” sambung Indra sambil membalikan badan
“nak Indra “ sahut ayah kaget melihat Indra
“iya pak” jawab indra sambil menyalami ayah “bagaimana kabarnya pak?”
“subhanallah….alahmdulillah baik…hari ini merupakan hari kejutan untuk bapak…kalian tahu ga’ siapa klien baru bapak..?mereka adalah lendra,novri dan feby sahabat-sahabatnya adi dan sekarang yang merawat adi sendiri adalah kamu indra , ternyata anggapan bapak tentang kalian selama ini salah besar” kata Ayah terharu
“apa pak ..? jadi mereka juga ada dikota ini  ya..?” tanya indra kaget dan yang tak kalah kaget adalah aku andai saja keadaanku tidak seperti sekarang ini aku pasti bisa melihat wajah mereka .
“iya nak…mereka sekarang telah sukses sama seperti kamu” jawb ayah.
Anganku melayang , keinginanku untuk sembuh semakin kuat .
Satu minggu sudah aku dirumah sakit . mataku sudah pulih dan akupun sudah bisa melihat sahabat-sahabatku . Kami bercerita panjang lebar sampai-sampai aku lupa dengan keadaanku yang sedang sakit .
                                                *******
Hari ini aku sudah bisa pulang kerumah meskipun masih memakai kursi roda karena kakiku mengalami patah tulang dan belum sembuh .
Teman-temanku mengantarku pulang , setelah sampai kami langsung menuju kamarku .
Mereka langsung menuju kebarisan buku-buku berisikan semua karanganku ada novel,cerpen dan puisi yang kususun rapi.
“ini semua karangan kamu ya di” tanya novri
“iya lah…” jawabku “emang mau karangan siapa “
“siapa tau aja karangan oom singa..hahahaha” sahut indra
“hahahahahaha” kamipun tertawa serentak
“husssssttt jangan githu…bagaimanapun dia adalah guru kita  kalau bukan karena dia mungkin kita sekarang jadi anak jalanan “ ujarku
“ha-ha-ha ya-ya…o ya di bagaimana kalau semua karyamu ini kita terbitkan aja..?” kata lendra memberi usul untuk karya-karyaku
“mau diterbitin di mana ..?di bulan…? Ha-ha-ha “jawabku sambil tertawa
“ha-ha-ha ….”
“gini aja besok kami cari tempat penerbitan yang paling bagus yang bisa nerbitkan bkarya-karya kamu” usul novri
“boleh juga tuch” sahut mereka serempak “bagaimana di “tanya feby
“aku sich ikut kalian aja..”jawabku kurang semangat
“optimis donk di” kata novri memberiku semangat “jangan murung githu”
“aku murung bukan karena masalah karya-karyaku bisa diterbitin atau tidak tapi karena aku kehilangan seseorang , aku ga’ pernah lihat dia lagi semenjak kecelakaan itu” kataku menceritakan sebab kemurunganku .”ga’ da kabar dari dia aku berharap dia baik-baik saja “ ujarku setengh berharap.
“kamu yang sabar ya di..aku yakin dia pasti baik-baik aja..kamu harus kuat” ujar mereka memberiku semangat.
                                                ******
Hidupku sekarang telah berubah , ayah dan ibu menjadi bangga padaku. Lulus dari universitas akupun semakin menekuni dunia tulis menulis. Karya-karyaku sekarang telah diterbitkan dan mendapat respon yang baik dari masyarakat . Namaku jadi terkenal tiba-tiba dan semua adalah berkat bantuan sahabat-sahabtku . Ada satu lagi kejutan sebelum karya-karyaku diterbitkan dan ternyata tempat karya-karyaku di terbitkan adalah usaha penerbitan CV.BOY PRATAMA PUTRA PURNAMA JAYA milik sahabatku Pratama dan Boy . Ini merupakan kejutan-kejutan yang tak pernah kuduga sebelumnya .
Hanya satu kejutan yang selalu kuharapkan yaitu kejutan kehadiran Dina kembali dalam pelukanku dan ini adalah harapan yang harus kusimpan dalam-dalam karena sampai sekarang tak ada kabar apa pun dari Dina . Aku sudah berusaha mencari Dina kerumahnya tapi tetap tidak ada , dari keterangan tetangga Dina aku mendapat kabar kalau keluarga mereka pindah setelah kecelakaan itu .Akupun pulang dengan membawa kekecewaan.
Sore itu aku duduk sendirian didepan rumah sambil membaca novel karyaku sendiri yang berjudul “KEMBALILAH” . tampak dari kejauhan sebuah mobil memasuki pekarangan rumahku dan berhenti tepat didepanku.
Keluar seorang wanita dari mobil tersebut dan menghampiriku .
Setengah tidak percaya di iringi dengan detak jantungku yang seakan terhenti tiba-tiba aku bergumam
“dina” hanya kata itu yang mampu ku ucapkan
“adi …aku dina…maaf aku ga’ pernah ngasih kabar… setelah kecelakaan itu aku dirawat di kota kelahiran ibuku karena nenek ku waktu itu sedang sakit ..aku benar-benar kehilangan kontak dengan kamu di..” Dina berkata sembari di iringi dengan airmatanya yang menetes perlahan
“kamu tau ga’ Din…? Selama ini aku merasa sangat kehilangan kamu , aku terus menunggu dan berharap kamu datang menemuiku lagi dan sekarang kumerasa sangat bahagia karena kamu ada disini dan itu tandanya penantianku tidak sia-sia.” Ujarku sambil mengusap airmata yang terus menetes di pipi Dina.
“iya di…aku disini untuk kamu” Dina berkata sambil memeluk tubuhku ”aku mendapat kabar tentang kamu dari novel ini” Dina mengeluarkan novel karyaku yang berjudul “KEMBALILAH”.
Pelukanku semakin kueratkan karena aku tak mau kehilangan Dina lagi
“aku ingin kamu menemaniku sampai ujung perjalanan hidupku Din”
“aku juga di”
Aku dan Dina berpelukan melepaskan rindu tak peduli dengan hujan turun membasahi tubuh kami berdua yang menjadi saksi janji setia untuk saling menemani sampai akhir perjalanan.

                                                TAMAT